Kamis, 19 November 2009
palestina
Kemenangan Hamas dalam pemilu 2006 yang lalu, adalah kemenangan wanita Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Sekarang menghadapi pemilu 2010, Hamas akan semakin 'kuat', karena dalam polling di dua tempat, Gaza dan Tepi Barat, menunjukkan dukungan kepada Hamas semakin meningkat. Tentu, yang menjadi ukuran atau barometer adalah wanita Palestina.
Wanita Palestina akan menjadi ukuran nyata, mereka berbicara secara terbuka menyerang Al-Fatah yang korup, dan mempunyai hubungan dekat dengan Israel, serta banyak melakukan kekerasan terhadap warga Palestina, yang berafiliasi dengan Hamas.
Wanita Palestina sangat hormat dan menghargai Hamas, yang sungguh-sungguh, jujur, dan penuh perhatian terhadap nasib mereka, yang selama ini terus diharu-biru oleh para penjahat Zionis-Israel. Satu-satunya yang memiliki kepedulian dengan sangat serius, tak lain adalah organisasi-organisasi sosial yang berada dibawah payung politik Hamas.
Para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang tua, yang tidak lagi memiliki keluarga, semua mendapatkan perhatian dari pemerintahan Hamas. Para pemimpinnya memberikan suri tauladan, yang pertama dalam segala hal. Bukan yang namanya pemimpin itu, yang paling menikmati harta-benda, dan fasilitas dari negara, tetapi para pemimpin Hamas mendahulukan rakyatnya. Para pemimpin Hamas lebih memperhatikan rakyatnya, dibandingkan dengan mengutamakan kepentingan pribadi mereka.
Ketika usai pemilu dan menang di tahun 2006, lalu menghadapi embargo dan blokade secara total, kenyataan Hamas masih dapat mengelola pemerintahan dengan efektif. Tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam kehidupan mereka. Mereka semakin kuat dan bersatu. Mereka tetap dapat menjamin kehidupan rakyatnya. Meskipun, terjadi 'keributan' dari kalangan pegawai pemerintahan, yang selama dibawah Fatah, tapi riak-riak protes itu hanyalah sebentar.
Ketika usai invasi militer Israel Januari 2008 lalu, tak membuat mereka menjadi 'kecut' terhadap Israel, dan tetap saja tak mau mengakui yang namanya penjajah Israel. Mereka tetap menolak eksistensi Israel. Berbeda dengan Fatah yang sudah menjadikan Israel itu sebagai 'saudara' mereka, dan mengubah piagam perjuangan mereka, dan mengakui keberadaan Israel.
Ketika banyak janda, anak yatim, serta keluarga yang kehilangan, maka Hamas mengambil langkah konkrit, yaitu dengan cara menikahkan kembali isteri-isteri mereka yang suami telah tewas, akibat kekejaman Israel.
Mereka yang janda menikah lagi dengan sanak famili dari keluarga mereka yang telah syahid. Di tepi pantai kota Gaza, berulangkali dilangsungkan pernikahan massal. Mereka para janda yang ditinggalkan suami, tak perlu waktu lama untuk bersedih, dan mereka dapat melanjutkan kehidupan mereka kembali dengan bahahagia. Itulah langkah Hamas.
Mereka yang tempatnya tinggalnya hancur akibat serangan Israel mendapat ganti rugi dari pemerintah Hamas. Sekarang dibangun kembali, seperti sekolahl, gedung, perkantoran, dan rumah-rumah, serta masjid-masjid. Semua dengan langkah-langkah yang jelas dilakukan para pejabat Hamas. Masyarakat internasional telah bahu membahu membantu kembali Gaza, yang hancur akibat perang.
Sekarang, sepertinya sejarah telah berbalik, bagaimana Israel, yang selama ini tidak pernah dikutak-kutik atas kejahatannya, tiba-tiba setiap orang mengarahkan telunjuknya ke arah penguasa Israel sebagai penjahat, yang harus dikutuk.
Tak kurang seorang mantan jaksa di Afrika Selatan, yang masih keturunan Yahudi, bernama Richard Goldstone, yang memimpin penyelidikan perang di Gaza, secara jelas-jelas menyebutkan bahwa Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan dalam perang di Gaza. Israel tinggal menunggu keputusan. Banyak pejabat Israel yang sekarang tidak berani meninggalkan negara, karena takut ditangkap oleh ICC.
Seluruh mata sekarang tertuju ke Gaza dan Tepi Barat yang masih terus menghadapi haru-biru Zionis-Israel, yang semakin mengganas, tapi ini hanya menunjukkan semakin frustasinya pemerintahan Yahudi itu. Tak ada masyarakat dunia yang bersimpat kepada Israel. Bahkan, foto-foto Nazi yang dituduh Israel sebagai penjahat, yang telah melakukan 'holocaust' itu, sekarang Nazi itu menjadi tokoh Yahudi,yang melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.
Di masa pemerintahan George W.Bush yang begitu keras mendukung Israel, tapi kenyataannya Hamas masih dapat memenangkan pemilu dengan mutlak, dan mendapatkan suara 60 persen. Ini legitimasi politik, tapi sekaligus menggambarkan sesungguhnya rakyat Palestina mendukung terhadap Hamas. Tidak ada gontok-gontokkan di dalam tubuh Hamas, karena memang pemimpin Hamas bukan tipe manusia yang 'gila' dengan kekuasaan.
Ketika, negara dalam keadaan krisis, Ismail Haniyah, yang pertama kali berkorban untuk rakyatnya. Dia menjual perabotan rumahnya untuk keperluan hidupnya, tidak menggunakan uang negara. Gaji yang dimilikinya diberikan kepada pegawai-pegawai yang rendahan.Berbeda dengan tokoh-tokoh Al-Fatah yang saling berantem, hanya berebut 'pepesen kosong' dari Israel dan AS. Makanya, mereka tidak memiliki 'izzah', dan hanya menjadi pecundang politik, dan mengekor kepada Israel dan AS.
Dr.Nabil Kukali, dari Palestinian Center for Public Opinian, berbicara kepada Media, menyatakan, apakah jika berlangsung pemilu, Hamas akan menang? 'Pasti', ujar Nabil. Hamas telah berhasil membangun infrastruktur, dan membangun manusia di Gaza serta di Tepi Barat. Mereka (Hamas) adalah kekuatan manusia, yan didukung oleh keyakinan dan pengetahuan, sehingga mereka memiliki daya tawar yang kuat. Mereka berpolitik bukan hanya modal 'cuap-cuap', tapi memiliki kekuatan riil, manusia, infrastruktur, dan kekuatan militer.
Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, sangat tangguh, teruji, dan jumlah mereka semakin banyak, disiplin tinggi, dan kemampuan militernya tangguh. Walaupun menghadapi blokade yang hebat, mereka terus mengembangkan persenjataan yang mereka miliki. Belum lama ini Brigade Izzuddin Al-Qassam menegaskan bahwa roket yang mereka buat sudah dapat menjangkau Tel Aviv. Hamas siap berdamai dan berperang dengan Israel, atau siapapun yang ingin menjajah tanah kelahiran mereka.
Sekarang eksistensi Hamas diakui oleh dunia. Negara-negara yang sangat tidak suka terhadap gerakan Hamas, yang secara ideologi memiliki kedekatan dengan Jamaah Ikhwan di Mesir ini, tapi sekarang akhirnya karena mereka sudah menjadi fakta, dan tidak mungkin ditolak, maka sekarang mulai mengajak dialog. Mesir, Saudi, Yaman, Kuwait, Yordan, dan Uni Eropa berusaha mendekati Hamas, dan ingin berdialog.
Tidak ada lagi yang berpandangan meremehkan posisi Hamas. Bahkan, mantan Presiden AS, Jimmy Carter telah bertemu dengan Haniyah dan tokoh-tokoh Hamas lainnya. Padahal, gerakan Hamas, di wilayah yang jumlah penduduknya tak lebih hanya 2 juta jiwa. Tapi, mereka telah mengguncang dunia. Semua kekuatan dan negara yang berbicara perdamaian dan perang, pasti akan berbicara dengan Hamas.
Maka, kalau pilihan politik di Palestina adalah demokrasi, dan pemilu, Hamas, yang akan memenangkan pertarungan lewat pemilu di 2010. Kalau pemilu dilaksanakan dengan jujur, dan tranparan. Lihat saja nanti?. Benyamin Netanyahu, Salam Fayad, Mahmud Abbas, dan Barack Obama harus memperhatikan fakta ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar